- DheTemplate Blogger Template
- Pre Live Mag Blogger Template
- whitePress Blogger Template
- Poster Inc Blogger Template
DheTemplate - Free Blogger Templates Everyday
Etiam augue pede, molestie eget, rhoncus at, convallis ut, eros...More
Pre Live Mag Blogger Template
Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam...More
whitePress Blogger Template
Etiam augue pede, molestie eget, rhoncus at, convallis ut, eros...More
Poster Inc Blogger Template
Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam...More
Kamis, 12 Februari 2015
Minggu, 25 Januari 2015
Jokowi Bisa Intervensi Kisruh KPK vs Polri, Jika Tidak, Ancam Copot Kapolri
Jakarta - Pencalonan Komjen Budi Waseso sebagai Kapolri terganjal status hukumnya setelah KPK menetapkannya sebagai tersangka kasus rekening gendut. Di sisi lain, Polri seakan bermanuver dengan menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjoyanto atas kasus sengketa Pilkada Kotawaringin Barat, Kalteng.
Hal ini lantas menimbulkan ketegangan di antara kedua lembaga tersebut. Dalam kondisi seperti ini, intervensi Presiden Joko Widodo untuk mendinginkan suasana diperlukan.
"Pertanyaannya apakah presiden bisa intervensi? Menurut saya bisa. Tinggal main ancam copot, atau bila perlu cari yang pangkatnya Brigjen saja untuk jadi Kapolri," kata pengamat Cyrus Network Hasan Nasbi Batupahat.
Hal ini diungkapkan Hasan dalam diskusi bertajuk 'Ada apa Dengan Jokowi' di Kafe Eatology, Jl Sabang, Menteng, Jakpus, Minggu (25/1/2015), yang juga dihadiri oleh Komisioner Kompolnas Adrianus Meliala, politisi PDIP Dwi Ria Latifa dan Koordinator KontraS Haris Azhar.
Dalam hal ini, menurutnya, penanganan kasus Budi Gunawan di KPK lebih urgent dibanding penanganan kasus Bambang Gunawan di Bareskrim Polri. Intervensi Jokowi juga diperlukan sebagai pengambil keputusan, kasus mana yang harus diprioritaskan dalam dua hal itu.
"Kalau buat saya, buat masyarakat tentu mengutamakan korupsi lebih dahulu. Karena KPK hadir juga karena kondisi darurat. Jadi KPK itu sense of urgensi kerjanya mereka jauh di atas lembaga lain," tambahnya.
Namu, di tengah banyak tekanan dari berbagai penjuru, menurut Hasan, posisi Jokowi pun tidak enak.
Hal ini lantas menimbulkan ketegangan di antara kedua lembaga tersebut. Dalam kondisi seperti ini, intervensi Presiden Joko Widodo untuk mendinginkan suasana diperlukan.
"Pertanyaannya apakah presiden bisa intervensi? Menurut saya bisa. Tinggal main ancam copot, atau bila perlu cari yang pangkatnya Brigjen saja untuk jadi Kapolri," kata pengamat Cyrus Network Hasan Nasbi Batupahat.
Hal ini diungkapkan Hasan dalam diskusi bertajuk 'Ada apa Dengan Jokowi' di Kafe Eatology, Jl Sabang, Menteng, Jakpus, Minggu (25/1/2015), yang juga dihadiri oleh Komisioner Kompolnas Adrianus Meliala, politisi PDIP Dwi Ria Latifa dan Koordinator KontraS Haris Azhar.
Dalam hal ini, menurutnya, penanganan kasus Budi Gunawan di KPK lebih urgent dibanding penanganan kasus Bambang Gunawan di Bareskrim Polri. Intervensi Jokowi juga diperlukan sebagai pengambil keputusan, kasus mana yang harus diprioritaskan dalam dua hal itu.
"Kalau buat saya, buat masyarakat tentu mengutamakan korupsi lebih dahulu. Karena KPK hadir juga karena kondisi darurat. Jadi KPK itu sense of urgensi kerjanya mereka jauh di atas lembaga lain," tambahnya.
Namu, di tengah banyak tekanan dari berbagai penjuru, menurut Hasan, posisi Jokowi pun tidak enak.
Jimly, Oegroseno, dan Tumpak Merapat ke Istana, Bahas Kisruh KPK-Polri
Bagus Prihantoro Nugroho - BertoNews
Tiba terlebih dulu adalah Jimly sekitar pukul 19.15 WIB, Minggu (25/1/2015). Menggenakan batik merah lengan panjang dia menebar senyum ke awak media yang ada di Istana.
"Saya belum tahu, saya dipanggil," kata Jimly singkat sebelum memasuki Istana,
Namun, dia menduga pemanggilan dirinya adalah terkait kisruh KPK-Polri yang memanas sejak Bambang Widjojanto ditangkap tim Bareskrim Polri, Jumat (23/1) pagi.
"Kemungkinan ngomongin KPK," kata Jimly.
Tidak berselang lama tiba mantan Wakapolri Komjen (Purn) Oegroseno. Senada dengan Jimly, dia juga belum mengetahui agenda apa yang akan dibahas dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi tersebut.
"Saya belum tahu, saya cuma dipanggil," ujarnya menjawab pertanyaan wartawan mengenai agenda pertemuan.
Tokoh yang terakhir tiba adalah Tumpak Hatorangan Pangabean. Mengenakan batik biru, dia langsung memasuki ruang istana. Sebelumnya, terlihat Mensesneg Pratikno yang sibuk mondar-mandir sebelum ketiga tokoh tersebut tiba. Belum ada keterangan resmi dari istana terkait agenda yang digelar Minggu malam ini.
Akhiri hari anda dengan menyimak beragam informasi penting dan menarik sepanjang hari ini, di "Reportase Malam" pukul 01.30 WIB, hanya di Trans TV
Langganan:
Postingan (Atom)